-Tarakan-
BERDASARKAN hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan terhadap laporan keuangan pemerintah pusat tahun 2009 yang kemudian dirilis pada tahun 2010, Tarakan menempati urutan ke-17 dengan nilai DBH SDA sebesar Rp 454,55 miliar.
Baru-baru ini, berdasarkan data yang dihimpun Radar Tarakan dari hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan, terhadap laporan keuangan pemerintah pusat tahun 2014 yang dirilis pada 25 Mei 2015, Tarakan tetap menempati posisi ke-17 sebagai yang terkaya dari DBH SDA 2014, dengan jatah Rp 722,77 miliar. Penyumbang dominan SDA ini berhasal dari hasil perikanan dan gas bumi.
Dengan hasil kekayaan alam ini, tentu dapat memberikan predikat kepada Kota Tarakan untuk masuk ke dalam daftar 20 kabupaten/kota terkaya di Indonesia. Tetapi di sisi lain, jika membicarakan masalah kekayaan suatu daerah, perlu melihat dari indikator lain seperti laju pertumbuhan PDRB konstan (ekonomi) dengan migas. Dari data terakhir milik Badan Pusat Statistik (BPS) Tarakan, menjelaskan adanya penurunan pertumpuhan ekonomi. Jika sebelumnya laju pertumbuhan ekonomi dengan migas pada 2012 sebesar 6.82 persen, di tahun 2013 turun menjadi 6.03 persen.
Untuk laju inflasi per Agustus 2015, menurut data BPS ini, Tarakan menempati urutan ke-63 secara nasional dan dua terendah di Kalimantan Timur-Utara, dengan nilai laju inflasi sebesar 2,3 atau dapat dikatakan cukup stabil. Nilai ini dikatakan belum dipengaruhi oleh penguatan dollar AS terhadap rupiah. “Untuk penguatan dollar sendiri akan berpengaruh di bulan September, tetapi untuk Tarakan saya rasa tidak akan berpengaruh besar. Paling nanti tidak sampai 5 poin,” ujar Imam Sudarmaji, Kepala BPS Tarakan.
Sedangkan untuk tingkat kemiskinan dan tingkat pengangguran, dari data BPS dijelaskan, menyentuh angka 7,90 dan 7,09. Dan angka ini diakui Imam akan sulit untuk diturunkan. Menurutnya, jika telah sampai pada angka 7, maka di lapangan telah bertemu pada masalah riil. “Pada angka itu, di lapangan tidak hanya bertemu masalah materi, tapi juga sampai pada mindset dan kebiasaan masyarakat,” tuturnya.
Sedangkan dari segi kemajuan pembangunan, baik secara fisik maupun serapan anggaran hingga dengan Juli 2015, masih cenderung rendah. Adapun untuk progres gabungan antara belanja langsung dan tidak langsung untuk fisik, hanya sebesar 39,47 persen. Sedangkan untuk progres serapan anggaran hanya sebesar 34, 43 persen.
Secara keseluruhan, kata Imam, ada perlambatan laju perekonomian pada tahun ini. “Ada banyak penyebabnya. Mulai dari turunnya APBD akibat pemekaran, turunnya harga komoditas andalan Tarakan dan lain-lain,” ungkapnya. Tetapi, jika dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia, kata Imam, Tarakan masih mampu bersaing soal kesejahterahan. “Melihat angka kemiskinan dan pengangguran yang semakin menurun. Kalau untuk peringkat berapa, tergantung dari sisi mana dan pakai indikator apa mengukurnya,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Bagian Pembangunan Pemkot Tarakan, Puji Utomo belum bisa menyimpulkan progres realisasi anggaran atau menyerap target anggaran tahun ini. “Bila dilihat perkembangan saat ini, memang masih ada SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) yang belum mencapai target progres fisik dan serapan anggaran, tapi untuk kesimpulan akhir secara keseluruhan bisa dilihat di akhir tahun dan diharapkan masing-masing SKPD sesuai dengan tergetnya,” ujar Puji.
Sumber Berita: http://kaltara.prokal.co| 28 September 2015