Koran Kaltara, 5 Januari 2022
TANJUNG SELOR, Koran Kaltara – Sejumlah bencana terjadi di Bulungan selama tahun 2021. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bulungan mencatat setidaknya sebanyak 36 kali bencana terjadi. Selain banjir, Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) mendominasi.
Plt Kepala Pelaksana BPBD Bulungan, Darmawan mengungkapkan, karhutla di Bulungan selama 2021 masih cukup tinggi. Bahkan, lebih tinggi jika dibandingkan tahun sebelumnya.
Namun demikian ia tak menyebutkan angka pasti. “Memang lebih tinggi, dan luasan lahan yang terbakar tidak sebanding dengan tahun sebelumnya,” ujarnya.
Berdasarkan pemetaan, ada beberapa wilayah titik rawan karhutla. Salah satunya, di Kecamatan Tanjung Palas Timur, Tanjung Selor, Tanjung Palas Barat dan Peso. Salah satu yang masih dilema adalah, ketika membuka lahan perkebunan masih dengan budaya membakar.
“Tak jarang biasanya menyebabkan api meluas. Belum lagi ada juga beberapa masyarakat yang membakar kemudian meninggalkan api saat membesar. Ini kerap ditemukan di lapangan. Jadi, begitu api membesar, langsung ditinggal karena tidak bisa memadamkan api,” jelasnya.
Sebagai langkah antisipasi, BPDP nantinya akan membentuk tim karhutla. Selain itu tahun ini gelar peralatan khusus karhutla juga akan dilakukan. Pihaknya akan melakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU ) dengan seluruh pelaku usaha terkait penanganan karhutla. Dengan adanya MoU tersebut, diharapkan semua terlibat dalam penanganan karhutla. Disamping juga ada masyarakat peduli api (MPA).
“Kami sudah melakukan koordinasi dengan seluruh pimpinan perusahaan. Mereka mengapresiasi langkah yang kita lakukan,” ungkapnya
Selain karhutla, bencana banjir juga masih terjadi setiap tahun. Terdapat dua kecamatan yang menjadi titik rawan banjir. Yakni, Kecamatan Sekatak dan Tanjung Palas Utara.
“Mengantisipasi banjir, kita bekerja sama dengan BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika). Setiap rilis yang dikeluarkan BMKG, kami teruskan kepada seluruh camat dan kepala desa agar mengantisipasi, melakukan persiapan jika ada hal yang berkaitan dengan kebencanaan,” katanya.
Kemudian, pemantauan debit air di hulu Sungai Kayan juga terus dilakukan. Sementara ini diketahui masih terpantau normal. “Sekarang ini debit air masih normal. Di bawah 8 meter. Kalau sudah lebih dari 8 meter, baru kita lakukan langkah antisipasi,” tandasnya. (*)
Reporter: Nurjannah
Editor: Nurul Lamunsari