Koran Kaltara, 26 Juni 2022
TANJUNG SELOR, Koran Kaltara – Bupati Bulungan Syarwani membeberkan kondisi kebutuhan layanan kesehatan di Bumi Tenguyun—sebutan lain Kabupaten Bulungan. Sejauh ini ia mengungkapkan, jika Bulungan masih kekurangan tenaga dokter.
“Kami berharap melalui IDI, yang hari ini juga dihadiri ketua umum pusat IDI, bisa memfasilitasi untuk pemenuhan kebutuhan dokter di daerah. Apalagi seyogianya distribusi dokter bisa merata ke seluruh daerah,” ujarnya, Minggu (26/6/2022).
Adanya peluang beasiswa untuk menempuh pendidikan dokter spesialis, melalui kementerian kesehatan, tentu menjadi angin segar.
Namun tentunya juga harus ada komitmen yang bersangkutan, sebab jangan sampai setelah mendapatkan gelar spesialis tetapi tidak mau mengabdi di Bulungan.
Informasi yang diperoleh, sejauh ini ada dokter yang demikian, namun siapa orang tersebut, Syarwani enggan menyampaikannya detail.
“Kita perlu SDM dokter, ada 74 desa dan 10 kecamatan yang perlu kita layani. Selama ini kebanyakan hanya ada di Puskesmas yang ada di ibukota kecamatan. Bagaimana yang jauh, kalau hanya berharap Posyandu, itu juga belum tentu ada dokternya. Adanya peluang pendidikan itu juga ada fakta intergtas yang mana selesai pendidikan harus kembali mengabdi,” katanya.
Padahal diharapkan setelah mendapatkan pendidikan, maka kembalilah mengabdi, meskipun itu pembiayaan dari APBN, tetapi rekomendsinya dari Pemda Bulungan.
Terlebih pastinya selama pendidikan meninggalkan tempatnya bekerja sementara waktu.
Alternatif sementara, dengan kebutuhan tenaga dokter yang masih sangat besar, pihaknya masih memungkinkan sistem kontrak sebagai solusi jangka pendek.
“Kita berharap dari IDI bisa menjembatani dan ada solusi untuk ini,” imbuhnya.
Sementara itu, Ketua IDI Pusat Mohammad Khumaidi MD mengatakan, ada beberapa faktor yang menyebabkan kekurangan dokter di daerah, seperti produksi dokter dan distribusi dokter. Problem saat ini adalah distribusi dokter yang belum merata.
“Kami akan dorong distribusi ini, untuk mendorong pelayanan kesehatan di seluruh daerahdaerah harus sama. Termasuk dukungan dan upaya kita memenuhi tenaga dokter spesialis di Bulungan,” jelasnya.
Ia juga berharap daerah memiliki regulasi yang mendukung adanya peluang beasiswa dokter spesialis dari kementerian kesehatan.
Terkait kebutuhan dokter sendiri, saat ini untuk dokter spesialis, dikatakan Direktur RSUD dr. Soemarno Sosroatmodjo, dr. Surya Tan, ada 27 spesialis yang bertugas, dan pada dasarnya kebutuhan terpenuhi.
Namun demikian, setiap spesialis hanya diisi satu orang dokter, padahal seyogianya diisi 2 dokter, sehingga ketika satu berhalangan hari saling bergantian.
“Memang masih perlu tambahan, dan kalau untuk saat ini yang benar-benar tidak ada adalah dokter spesialis cuci darah, padahal untuk fasilitas sudah disiapkan. Ini juga sedang kami usahakan, semoga bisa segera terisi,” imbuhnya. (*)
Reporter: Nurjannah
Editor: Edy Nugroho