Koran Kaltara, 16 Januari 2022
TARAKAN, Koran Kaltara – Kementerian Sosial (Kemensos) telah mengucurkan dana bantuan untuk anak-anak yang menjadi yatim piatu karena orangtuanya meninggal akibat terpapar Covid-19. Bantuan tersebut sudah bergulir sejak Agustus 2021, dan kembali dilanjutkan tahun 2022.
Kepala Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Kota Tarakan, Arbain menjelaskan bahwa pihaknya awalnya mengusulkan 27 anak yang kehilangan orangtuanya karena Covid-19. Namun berdasarkan usulan tersebut, hanya 26 anak yang terakomodir. Sejak Agustus 2021, mereka mendapatkan dana bantuan sebesar Rp200 ribu per bulan.
“Alhamdulillah, Informasi dari petugas lapangan kami, masih berlanjut di 2022. Bahkan untuk yang Januari ini sudah masuk ke rekening masing-masing,” ungkap Arbain, saat dihubungi melalui sambungan telepon, Minggu (16/1/2022).
Dengan adanya bantuan dari Kemensos ini, anak penerima manfaat diharapkan dapat sedikit mengobati kesedihan. Sehingga dapat kembali melanjutkan kehidupan dengan lebih baik setelah kehilangan orangtua. “Dapat digunakan untuk membiayai kebutuhan anak-anak ini,” ucapnya.
Terkait penambahan kuota jumlah penerima bantuan di 2022, pihaknya belum mengusulkan ke Kemensos. Jika ada arahan pusat untuk melakukan penambahan, akan ditegaskan melalui surat resmi, yang isinya penyampaian usulan penambahan.
“Beberapa hari lalu kami cek apakah ada peluang penambahan lagi di lapangan untuk diusulkan, ternyata belum ada. Kalau ada instruksi dari pusat untuk mengusulkan, kami akan cek lagi di lapangan,” urainya.
Ditegaskan Arbain, penggunaan uang bantuan sosial untuk anak yatim piatu ini bukan untuk bermewah-mewahan. Tetapi untuk keperluan sekolah, membeli kebutuhan hidup yang bermanfaat.
Syarat untuk mendapatkan program ini, adalah Kartu Keluarga (KK), Kartu Tanda Penduduk (KTP), surat keterangan orangtuanya meninggal karena Covid-19 dari instansi terkait.
“Syarat-syarat ini diverifikasi lagi di lapangan, dan mendatangi anak-anak yang bersangkutan. Program ini akan berjalan sampai kapan belum ada kepastian. Mungkin kalau Covid-19 sudah dianggap tidak ada. Untuk sekarang kan masih ada, jadinya berlanjut,” jelasnya. (*)
Reporter: Sofyan Ali Mustafa
Editor: Nurul Lamunsari