Koran Kaltara, 6 Januari 2022
TANJUNG SELOR, Koran Kaltara – Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) telah melakukan groundbreaking Kawasan Industri Hijau Indonesia di Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara (Kaltara) Desember 2021 lalu. Berbasis green energy, megaproyek tersebut diklaim yang terbesar di dunia.
Presiden menyebutkan, proyek ini akan membutuhkan tenaga kerja hingga ratusan ribu orang. Untuk itu, pemerintah daerah diminta mempersiapkan sumber daya manusia (SDM).
“Akan dibutuhkan lebih dari 100 ribu tenaga kerja pada masa konstruksi. Itu pada saat operasi saja, belum anak-cucu turunan dari produk-produk yang dihasilkan itu 60 ribu. Perkiraan saya lebih dari 200 ribu (tenaga kerja) plus anak-cucu turunan dari produk-produk yang dihasilkan,” kata Jokowi saat di Kaltara, akhir tahun lalu.
Seiring banyaknya kebutuhan tenaga kerja, potensi ekonomi kawasan industri yang dikelola oleh PT Kalimantan Industrial Park Indonesia (KIPI) disebut sangat besar. Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kaltara, Heri Rudiyono mengatakan, peluang itu juga sangat terbuka lebar untuk bidang ketahanan pangan.
“Kebutuhan pangan akan sangat besar. Nanti di KIPI itu, akan ada tenaga kerja sampai 100 ribu orang. Mereka semua tentu butuh makan. Itu peluang kita di Kaltara,” kata Heri.
Untuk itu, dengan adanya kawasan industri di Kaltara, akan bermanfaat bagi para petani. Namun tingkat produksi harus meningkat, hingga mencapai swasembada beras. “Untuk mendukung KIPI itu, yang harus dicapai dulu adalah swasembada beras,” ujarnya.
Selain itu, lanjut Heri, perlu juga didukung komoditas pangan lainnya. Dengan begitu, semua peluang pangan bisa dimanfaatkan. Tentu, hal itu akan berdampak bagi masyarakat Kaltara, yang banyak menggantungkan profesi di sektor pertanian.
“Kita akan menggalakkan sentra-sentra pertanian lainnya. Ada cabai, bawang, dan yang lain. Jadi, kalau bisa dicukupi di sini, kenapa tidak,” terangnya.
Populasi penduduk di Kaltara berdasarkan data BPS pada tahun 2020 lalu, sebanyak 701.814 jiwa. Artinya, jumlah warga Kaltara masih sedikit, sehingga kebutuhan akan peningkatan pangan dan produktivitasnya dapat dilakukan.
“Karena kalau pertanian ini sudah mekanisasi, jadi petani sekarang tidak seberat dulu. Sekarang sudah ada mesin. Jadi, sekarang tinggal niat dan kemauan teman-teman petani untuk tingkatkan SDM-nya,” tuturnya.
Pemprov juga berkomitmen memberikan dukungan untuk peningkatan pertanian. Disebutkan, banyak program dari kementerian dan daerah yang bisa menjadi wadah para petani untuk tingkatkan keahlian. (*)
Reporter: Fathu Rizqil Mufid
Editor: Nurul Lamunsari