Tekan Harga, Pemda Minta Subsidi ke Pusat

Koran Kaltara
Rabu, 19 Januari 2022

TARAKAN, Koran Kaltara – Harga minyak goreng tergolong masih cukup tinggi dari harga normal. Biasanya harga di kisaran Rp14.000 per liter, sekarang sudah menjadi sekitar Rp21.000 per liter.

Pemerintah daerah melalui Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah dan Perdagangan (DKUKMP) berinisiatif melakukan komunikasi dengan pemerintah pusat, dalam hal ini Kementerian Perdagangan untuk memberikan subsidi harga minyak goreng di Tarakan.

Kabid Pengembangan Perdagangan pada DKUKMP Tarakan, Hari Wijaya menuturkan akan mengupayakan harga minyak bisa kembali normal dengan cara subsidi tersebut.

“Kami mau mencari kejelasan terkait rencana subsidi pemerintah pusat ini, karena di beberapa daerah harganya sudah turun,” terangnya, saat ditemui Koran Kaltara, Senin (17/1/2022).

Ia pun menyebutkan wilayah yang kini sudah disubsidi pusat di antaranya Jawa Barat, dan Jawa Timur melalui operasi pasar.

“Saya yakin tidak semua daerah dapat, karena hanya daerah-daerah yang krusial yang mendapatkan subsidi ini. Tetapi kami akan berusaha mengusulkan supaya kita juga mendapatkan subsidi minyak goreng. Persetujuan kebijakan ini tergantung seberapa krusial daerah yang mengusulkan, meskipun demikian tergantung juga komunikasi daerah ke pusat,” ungkapnya.

Harga minyak goreng yang mencapai Rp21.000 per liter di Tarakan, menurut Hari, masuk dalam kategori kritis.

DKUKMP Tarakan juga akan melakukan komunikasi dengan Bulog untuk melihat stok minyak goreng, apakah memungkinkan untuk melakukan operasi pasar atau tidak, sebelum usulan subsidi dari pemerintah pusat disetujui.

“Untuk komunikasi dengan Bulog masih kami jajaki sampai di mana stok yang mereka punya,” ucapnya.

Kenaikan harga minyak goreng dikarenakan cuaca yang cenderung hujan, sehingga petani atau perusahaan tidak berani melakukan panen raya.

Air hujan yang terlalu banyak menyebabkan kualitas kelapa sawit menjadi turun, sehingga CPO (Crude Palm Oil) yang menjadi bahan dasar pembuatan minyak goreng juga memiliki kualitas rendah.

“Pengaruh cuaca, terkait dengan iklim, informasi terakhir katanya dampak karena cuaca, sehingga beberapa produksi sawit sedikit turun. Saya dapat infonya begitu,” pungkas Hari. (*)

Reporter: Sofyan Ali Mustafa
Editor: Rifat Munisa