Sumber Media: Radar Tarakan
Jum’at, 14 Februari 2024 | 13.00 WITA
TARAKAN – Pada triwulan IV tahun 2024, pertumbuhan ekonomi Kalimantan Utara (Kaltara) tercatat mencapai 4,66 persen (year on year/yoy), angka yang sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan III yang hanya mencapai 4,29 persen.
Pertumbuhan ini menandakan pemulihan ekonomi yang stabil di tengah berbagai tantangan global yang masih ada.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Kaltara, Hasiando Ginsar Manik, menyatakan bahwa beberapa sektor utama seperti konstruksi, perdagangan, industri pengolahan, pertambangan, akomodasi dan makanan minuman, transportasi, serta pertanian telah berkontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kaltara di triwulan IV.
“Ekonomi Kaltara didorong oleh komponen investasi. Ini sangat sejalan dengan maraknya pembangunan proyek strategis nasional (PSN) yang terjadi di wilayah Kaltara,” ujar Hasiando, Sabtu (8/2). Dia juga menyoroti bahwa proyek-proyek besar seperti Kawasan Industri Hijau Indonesia (KIHI) dan pabrik kertas menjadi penggerak utama dalam memperkuat perekonomian daerah.
Pembangunan KIHI sendiri telah berhasil menyerap sekitar 9.000 pekerja, yang tentu berkontribusi besar terhadap perekonomian daerah melalui penciptaan lapangan kerja.
Sektor perdagangan juga mengalami perkembangan pesat, salah satunya karena tingginya aktivitas kampanye pemilu 2024, yang turut meningkatkan permintaan barang dan jasa.
Sektor industri pengolahan kayu gergajian juga menunjukkan pertumbuhan yang positif, menambah kontribusi sektor perdagangan terhadap perekonomian Kaltara.
Meski ada lonjakan pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV, secara keseluruhan, ekonomi Kaltara pada tahun 2024 diperkirakan tumbuh 4,57 persen. Angka ini sedikit melambat dibandingkan dengan tahun 2023, yang mencatatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 4,94 persen.
Hasiando menjelaskan bahwa salah satu faktor penyebab melambatnya pertumbuhan adalah perlambatan ekspor batubara, yang menjadi salah satu komoditas utama ekspor Kaltara.
“Ekspor batubara Kaltara mengalami penurunan, salah satunya disebabkan oleh harga batubara Kaltara yang kurang kompetitif di pasar global, terutama jika dibandingkan dengan harga batubara dari Afrika Selatan yang lebih murah untuk pasar India,” ujar Hasiando.
Meskipun begitu, dari sisi pengeluaran produk domestik regional bruto (PDRB), Kaltara tetap menunjukkan angka positif, dengan ekspor tumbuh 3,66 persen dan impor tercatat mengalami penurunan sebesar -2,41 persen.
Ke depannya, Bank Indonesia memperkirakan PDRB Kaltara akan tumbuh lebih tinggi pada tahun 2025, dengan kisaran pertumbuhan antara 4,7 persen hingga 5,4 persen (yoy).
Hasiando optimis bahwa meskipun ekonomi dunia masih menghadapi ketidakpastian, tren pertumbuhan ekonomi Kaltara yang positif dapat berlanjut.
Hal ini akan didorong oleh terus berlanjutnya investasi di sektor KIHI, yang diharapkan dapat meningkatkan aktivitas operasional dan produksi, serta berperan penting dalam menciptakan peluang ekonomi baru di wilayah tersebut.
“Meski ada tantangan global yang harus dihadapi, kami yakin pertumbuhan ekonomi Kaltara akan terus berlanjut, didorong oleh investasi yang ada, serta oleh proyek-proyek besar seperti KIHI yang telah memberikan dampak positif pada perekonomian daerah,” pungkasnya. (zar/lim)