Koran Kaltara, 8 November 2021
TANJUNG SELOR, Koran Kaltara – Vaksinasi Covid-19 menjadi salah satu upaya penanganan pandemi yang tengah melanda dunia, termasuk Indonesia.
Dengan diberikan suntikan vaksin, dapat memberikan kekebalan tubuh pada manusia. Ditargetkan setidaknya 70 persen masyarakat mendapatkan imunisasi sehingga bisa mencapai kekebalan kelompok (herd immunity).
Hanya saja, target vaksinasi belum maksimal sejak dijalankan pada awal tahun 2021. Tidak terkecuali di Kalimantan Utara (Kaltara), dimana hingga akhir bulan lalu, baru 52 persen dari target sasaran yang sudah divaksin dosis pertama.
Banyak penyebab belum maksimalnya vaksinasi tersebut berjalan. Mulai dari stok vaksin yang sejak awal masih terbatas, luasnya cakupan wilayah yang harus diberi vaksin. Bahkan ditemui masih adanya penolakan dari sebagian warga untuk diberi vaksin.
Menyikapi hal itu, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kalimantan Utara (Kaltara) dr. Franky Sientoro Sp.A mengatakan, bahwa vaksin menjadi penting untuk menekan angka penularan virus.
Adapun bagi yang masih takut atau termakan informasi soal bahaya vaksin, dia mengungkapkan bahwa rerata merek vaksin yang ada di Indonesia aman bagi manusia.
“Jadi, vaksin itu sudah melalui uji coba sesuai dengan standar medis. Tidak ada masalah jika kita diberikan vaksin atau disuntikkan vaksin ke tubuh kita,” ujar pria yang juga Pelaksana Tugas (Plt) Direktur RSUD Tarakan itu.
Bahkan, terhadap Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang didapatkan setelah vaksin Covid-19, jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan KIPI vaksin rutin.
Dia mencontohkan untuk vaksin rutin seperti vaksin DPT atau vaksin kombinasi untuk mencegah tiga penyakit yakni difteri, pertussis dan tetanus (DPT).
“Dari yang kita pelajari kasus KIPI untuk vaksin Covid-19, harusnya dari ribuan setidaknya ada satu atau dua orang yang meninggal. Tetapi kenapa tidak ada laporannya (meninggal dunia usai vaksin). Berarti KIPI-nya secara teoritis, KIPI di Covid-19 jauh lebih rendah daripada DPT. Kalau DPT jauh lebih tinggi angka kejadiannya. Misalnya bisa jadi bisul, kejang-kejang, khususnya bagi anak-anak setelah imunisasi DPT,” terangnya. (*)
Reporter: Fathu Rizqil Mufid
Editor: Nurul Lamunsari