Koran Kaltara, 28 Oktober 2021
TARAKAN, Koran Kaltara – Kebakaran hebat yang melanda pemukiman padat penduduk di RT 03 Kelurahan Sebengkok, atau kawasan Ramayana lama pada Selasa (26/10/2021), menyisakan kesedihan tersendiri bagi para korban. Berdasarkan pendataan yang dilakukan oleh pemerintah daerah, terdapat 296 jiwa kehilangan tempat tinggal. Kemudian 77 orang di antaranya terpaksa tinggal di posko pengungsian dengan fasilitas seadanya.
Untuk memudahkan dan memberi kenyamanan para pengungsi, pemerintah daerah menempatkan para korban kebakaran di Kantor Kelurahan Sebengkok. Untuk tidur mereka ditempatkan di ruang serbaguna lantai 2.
Berdasarkan data sementara yang dihimpun oleh tim, terdapat 38 bangunan yang ludes terbakar. Satu di antaranya terdampak atau terpaksa dirobohkan untuk memutus api tidak menjalar ke lokasi lain.
Sedangkan jumlah korban musibah ini sebanyak 76 kepala keluarga (KK). Meskipun pemerintah telah menyiapkan posko pengungsian, namun hanya ada 77 jiwa yang menempatinya, selebihnya memilih tinggal bersama keluarga di lokasi lain.
“Untuk berapa lama mereka di sini, tergantung kebijakan dari Pak Wali Kota. Kami di sini berupaya bagaimana mereka ini tetap mendapatkan pelayanan dan nyaman, serta perhatian semua pihak. Saat ini para pengungsi membutuhkan makan, 3 kali sehari. Yang kedua pakaian karena rata-rata habis terbakar, yang ketiga kelengkapan bayi. Karena data kami ada 5 bayi dan 14 balita. Anak-anak butuh perlengkapan seperti pampers, susu, dan lain sebagainya,” ungkap Lurah Sebengkok, Syakhril, Rabu (27/10/2021).
Untuk pelayanan kesehatan, di posko sudah ada tim medis dari PMI Tarakan. Sedangkan petugas keamanan diback up dari TNI/Polri maupun Satpol PP. Untuk menghimpun donasi yang terus berdatangan, dilibatkan Tagana dari Dinas Sosisl, Baznas, dan BPBD Kota Tarakan.
“Terkait seragam sekolah anak-anak korban kebakaran telah di-back up oleh Baznas. Saya minta kepada semua tim untuk memberikan fasilitas, meskipun sangat terbatas terutama air bersih dan MCK yang jumlahnya hanya 3. Dapur umum tidak ada, karena makanan di-back up oleh Baznas,” urainya.
Salah satu pengungsi, Anshori mengaku belum tahu sampai kapan dirinya bersama keluarganya tinggal di posko. Pasalnya masih menunggu kebijakan dari pemerintah daerah, terutama fasilitas untuk membangun rumah baru.
“Belum tahu sampai kapan di sini. Kalau tidak salah 14 hari. Habis semua, total sampai pakaian tidak ada sama sekali. Saya satu rumah ada 7 KK,” ujarnya.
Anshori mengaku kalau dirinya akan berusaha membangun rumah di lahan yang baru. Karena selama ini lahan yang digunakan untuk membangun rumah di RT 03 tersebut milik TNI AL yang dia pinjam selama kurang lebih 30 tahun.
“Kalau bangun ulang saya rasa disitu lahan AL bukan milik warga, kalaupun ada rezeki akan membangun di lahan sendiri saja karena saya ada tanah di Gunung Selatan. Kalau pemerintah bisa membantu kita para korban ini, terkait bahan untuk membangun rumah, Alhamdulillah. Kalau selama di pengungsian aman dan nyaman saja, ada tempat tidur, kipas angin dan lain sebagainya,” urainya. (*)
Reporter: Sofyan Ali Mustafa
Editor: Nurul Lamunsari