Koran Kaltara, 5 Januari 2022
TARAKAN, Koran Kaltara – Berdasarkan penghitungan dan pengamatan Bank Indonesia, Kaltara mengalami inflasi sebesar 2,73 persen sepanjang tahun 2021. Inflasi disumbang dari beberapa harga komoditas, seperti cabai, minyak goreng, dan angkutan udara.
Belum berhenti ampai pada kenaikan harga, tantangan yang dihadapi pada tahun 2022 dalam menekan laju inflasi akan semakin berat karena beberapa faktor. Termasuk juga potensi perekonomian jauh lebih kompleks. Oleh karena itu, diperlukan kerja sama semua pihak untuk menekan kenaikan harga.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kaltara, Tedy Arief Budiman mengatakan, jika dibandingkan dengan inflasi secara nasional, Kaltara masih masuk di range inflasi 3+1 persen.
“Angka 2,73 persen ini bukan sesuatu yang harus dikhawatirkan, namun kami tetap berupaya memperhatikan berbagai potensi ke depannya. Sehingga laju inflasi 2022 tetap terjaga pada level yang sudah ditentukan. Dalam artian terkendali,” ujar Tedy, Rabu (5/1/2022) lalu.
Di Kaltara, terdapat dua daerah yang menjadi acuan penghitungan inflasi. Di Kota Tarakan terpantau inflasi 0,90 persen, sedangkan Tanjung Selor Kabupaten Bulungan sedikit lebih tinggi, yaitu di angka 1,31.
“Untuk Tarakan secara yoy mencapai 2,38 persen jika dibandingkan posisi tahun lalu di bulan yang sama. Sementara untuk Tanjung Selor mencapai 2,73 persen. Ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Kaltara sedang naik,” urainya.
Komoditas yang paling berpengaruh dalam penghitungan inflasi adalah cabai rawit, disusul minyak goreng, dan angkutan udara, serta cabai merah. Beberapa komoditas ini berkontribusi sangat signifikan dalam membentuk inflasi di Kaltara.
Untuk angkutan udara, penyebab kenaikan tarif lebih dipengaruhi karena adanya penurunan kinerja dari salah satu maskapai penerbangan yang tergolong cukup besar di Indonesia. Sehingga beberapa trayek mengalami gangguan.
Apalagi di Tarakan hanya ada beberapa penerbangan menghentikan operasionalnya. Imbasnya, jumlah frekuensi penerbangan terbatas dan harga tiket melambung tinggi.
Angkutan udara memiliki andil terhadap inflasi secara month to month (mtm) atau bulan ke bulan, sebesar 0,15 persen. Kemudian cabai rawit 0,47 persen, cabai merah 0,08 persen, dan minyak goreng 0,09 persen. Sedangkan komoditas lain yang menyumbang inflasi dari komoditas makanan, minuman, dan tembakau.
“Cabai rawit menjadi penyebab inflasi karena masa tanam sudah berlalu di sentra produksi, sehingga harus didatangkan dari Sulawesi dan Jawa. Tetapi karena ada gangguan pasokan, berdampak pada harga,” bebernya. (*)
Reporter: Sofyan Ali Mustafa
Editor: Nurul Lamunsari