Koran Kaltara, 21 Mei 2022
TANJUNG SELOR, Koran Kaltara – Kecamatan Sekatak Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara (Kaltara), tercatat sebagai daerah dengan biaya hidup tertinggi.
Hal ini karena di kecamatan tersebut memiliki potensi Sumber Daya Alam (SDA) yang cukup menjanjikan. Selain perkebunan kelapa sawit, tambang emas juga menjadi daya tarik di wilayah tersebut.
Tak dipungkiri, adanya aktivitas tersebut, turut berpengaruh pada ekonomi masyarakat sekitar. Namun demikian, secara tidak langsung biaya hidup masyarakat juga dinilai cukup tinggi.
Seperti disampaikan Camat Sekatak, Ahmad Safri, berdasarkan informasi dari Badan Pusat Statistik (BPS) Bulungan, setidaknya dalam sebulan tak kurang Rp9 miliar uang beredar di Sekatak.
“Dampak ekonominya memang luar biasa, terus terang Sekatak saat ini menurut informasi BPS dalam satu bulan itu ada Rp9 miliar uang beredar. Kemudian kita lihat di lapangan geliat ekonomi juga signifikan. Aktivitas masyarakat dan pergudangan di Sekatak itu cukup meningkat,” ujarnya.
Layaknya kota, tak jarang masyarakat desa terdekat, bahkan karena berbatasan dengan Kabupaten Tana Tidung (KTT), Sekatak menjadi tujuan kunjungan masyarakat kabupaten tetangga itu.
“Kalau ramai ya sudah ramai Sekatak. Tiap malam minggu ada kunjungan, termasuk hiburan malam juga menjamur, dimana ada gula pasti ada semut, Sekatak banyak gulanya,” bebernya.
Meski begitu, secara umum di Kabupaten Bulungan peningkatan pertumbuhan ekonomi tidak begitu berdampak.
Bupati Bulungan Syarwani, mengungkapkan sayogyanya adanya aktivitas ada Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang bisa daerah maksimalkan.
“Pastinya ada sumber PAD jika itu memang berjalan sebagaimana mestinya. Dengan status izin yang juga belum tahu tentunya daerah juga tidak bisa menarik apa-apa, artinya tidak bisa memberikan manfaat PAD dari aktivitas di sana kecuali izin yang memang sudah bisa berdampak pada PAD,” katanya.
Terkait biaya hidup tinggi, Syarwani, mengibaratkan dimana banyak orang bermukim tentu putaran ekonomi juga bisa tinggi.
Hal itu bisa berpengaruh pada ekonomi masyarakatnya, pertumbuhan ekonominya juga demikian.
Menurutnya, hal yang sama juga seperti di Tanjung Palas Timur, dengan adanya perkebunan itu juga memberikan dampak pertumbuhan ekonomi sekitarnya.
“Masyarakat memiliki daya beli karena ada pendapatan, baik itu sebagai pekerja kebun atau buruh perkebunan,” jelas.
Secara umum belum berdampak merata, tetapi paling tidak ekonomi masyarakat di sekitar berdampak.
“Artinya pertumbuhan itu tak hanya terjadi di wilayah kota, kegiatan itu bisa meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat di desa,” pungkasnya. (*)
Reporter: Nurjannah
Editor: Edy Nugroho