Koran Kaltara,
Rabu, 21 September 2022
NUNUKAN, Koran Kaltara – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Nunukan akhirnya merilis hasil kajian cepat terhadap bencana banjir bandang di Kecamatan Krayan, Nunukan.
Kasubbid Rehabilitasi dan Rekonstruksi, BPBD Nunukan, Mulyadi mengatakan, bencana yang terjadi tanggal 12 September lalu, menelan kerugian maupun kerusakan dengan nilai lebih dari Rp1 miliar.
Rinciannya, perkiraan kerugian berdasarkan kerusakan tanaman padi yang berakibatkan gagal panen sebesar Rp848.099.482.
Lalu, perkiraan kerusakan terhadap pematang sawah yang rusak akibat banjir bandang senilai Rp446.600.000.
“Alhamdulilah, tidak ada ditemukan korban jiwa dan rumah yang terendam banjir. Ini hasil kaji cepat atau pengamatan kita di lapangan, mulai tanggal 15 September hingga tanggal 17 September,” ungkapnya kepada Koran Kaltara, Minggu (18/9/2022).
Banjir yang diakibatkan curah hujan yang tinggi, membuat air sungai meluap. Tepatnya di sungai dua jalur yakni sungai Pa’ra 1 dan Sungai Pa’ra 2.
Kondisi tinggi muka air maksimal mencapai 4 meter, dengan muatan material seperti Kayu, ranting, lumpur dan pasir.
“Diperparah terjadi pendangkalan Sungai (Sungai Pa’ra 1 dan Sungai Pa’ra 2),” tambahnya.
Dampak inilah yang merusak lahan persawahan masyarakat setempat seluas 30,36 hektare dengan kondisi rusak berat dan sedang yang terjadi di 5 desa wilayah di Kecamatan Krayan.
Kelima desa itu yakni Desa Wa’Laya (Lokasi Terang Baru), Desa Pa’ Matung (Lokasi Terang Baru), Desa Liang Biadung (Lokasi Terang Baru), Desa Cinglat (Lokasi Pa’Padi) dan Desa Pa’Padi (Lokasi Pa’Padi)
“Pematang persawahan yang rusak ada kurang lebih panjangnya 4.466 meter. Ditambah lagi, terputusnya akses jaringan air bersih,” ujarnya.
Saat ini, pihaknya masih melakukan upaya penanganan awal yakni melakukan pembersihan puing-puing, kayu dan ranting pada areal persawahan dan sungai yang terdampak.
“Kita bergotong royong bersama aparat setempat seperti TNI, POLRI, BPBD, DKPP, pihak Kecamatan, Aparat Desa serta Masyarakat setempat,” tambahnya.
Berdasarkan hasil analisa Tim Kaji Cepat BPBD dengan Dinas Ketahanan dan Pertanian Kabupaten Nunukan, kata dia, masyarakat setempat hanya melakukan penanaman padi setahun sekali.
Hasilnya dijual untuk kebutuhan keluarga mereka selama 1 tahun.
“Produksi padi memang menjadi penghasilan utama masyarakat di sana. Artinya, ketika usaha pertanian masyarakat rusak atau gagal panen maka secara langsung berdampak pada ekonomi masyarakat selama setahun,” pungkasnya.
Ditambah lagi, dengan terputusnya jaringan air bersih di lokasi terang baru berdampak kepada tujuh desa lainnya.
Diantaranya, Desa Long Matung, Desa Long Rupan, Desa Liang Biadung, Desa Wa’Laya, Desa Pa’Matung, Desa Pa’Terutun dan Desa Pa’Putuk.
“Jika masih terus terjadi hujan dalam beberapa hari ke depan, kemungkinan daerah tersebut akan terjadi banjir susulan yang akan menambah kerusakan lahan pertanian masyarakat setempat,” ujarnya.
Menurutnya, pemerintah akan melakukan penanganan pemulihan untuk mengembalikan keadaan menjadi normal.
Seperti, perbaikan lahan dan pematangan sawah yang terdampak banjir bandang agar dapat dikelolah/ditanami pada musim tanam berikutnya .
Dibutuhkannya perbaikan jaringan air bersih yang terputus akibat banjir.
Terakhir, bantuan dan perhatian khusus pada tahun kritis terhadap masyarakat terdampak dengan katagori rusak berat.
“Kita juga nanti akan bahas mengenai penetapan statusnya, apakah siaga darurat bencana alam dan atau tanggap darurat bencana alam,” tutupnya. (*)
Reporter: Asrin
Editor: Hariadi