Delta Plus Varian Terdekteksi di Malaysia

Koran Kaltara, 10 November 2021

NUNUKAN, Koran Kaltara – Pemerintah Malasysia baru-baru ini mengumumkan telah mendeteksi varian baru Delta Plus (AY.4.2) di negaranya.

Oleh karena itu, Bupati Nunukan Hj Asmin Laura Hafid menegaskan apapun jenis varian baru tersebut harus dicegah, agar tidak masuk ke Kabupaten Nunukan.
“Kalau di Satgas Kabupaten kan itu pencegahan. Memang informasi dari pemberitaan ada ditemukan di sana,” terangnya kepada Koran Kaltara,” Selasa (9/11/2021).
Namun, kata dia, upaya penanganannya tetap harus menunggu arahan dari pusat.
“Kita nggak tahu virusnya ini seperti apa? Bagaimana tingkat penularannya dan pencegahan seperti apa, kita belum tahu,” terangnya.
Menurut dia, Delta Plus di Kabupaten Nunukan dan daerah lainnya belum ditemukan. “Mudah-mudahan tidak terjadi di Indonesia. Intinya, kami menunggu arahan dari pusat,” bebernya.
Laura menegaskan, salah satu upaya pencegahan penularan Covid, yakni memaksimalkan percepatan vaksinasi.
“Saat ini, masih diperpanjang PPKM level dua. Kalau untuk kasus, kita sangat turun. Bahkan hampir sudah habis,” jelasnya.
Menurut dia, salah satu kemungkinan alasan pusat memperpanjang level 2 Kabupaten Nunukan, karena capaian vaksinasi belum memenuhi target di atas 70 persen.
“Mungkin kalau vaksinasi kita di atas 70 persen, baru PPKM kita turun ke level satu. Jadi, ini mungkin menjadi pertimbangannya terkait vaksin,” bebernya.
Dia menyampaikan, bahwa vaksin Johnson & Johnson yang sudah diusulkan sebanyak 5 ribu vial nanti akan diperuntukkan bagi masyarakat pedalaman.
“Jadi, mobilitasnya tidak bolak balik. Karena vaksin ini hanya satu kali suntikan. Artinya, sekali gerak,” bebernya.
Menurut dia, ada beberapa masyarakat tidak ada waktu untuk ikut vaksin. Ini menjadi problem yang saat ini dihadapi.
“Kemarin kita melakukan proses vaksin door to door. Tapi proses ini sedikit lebih lama. Karena, biasanya kita fokuskan satu titik selama 6 jam bisa seribu orang divaksin, namun door to door hanya bisa 100 orang dalam 6 jam,” pungkasnya.
Sampai saat ini, pihaknya masih memberikan edukasi kepada masyarakat yang masih khawatir dengan vaksinasi.
“Vaksinasi ini salah satu bentuk ikhtiar kita. Paling tidak, ada kekebalan tubuhnya. Karena, setelah vaksin kita berjalan, jumlah kasus kini semakin menurun,” sebutnya.
Berdasarkan data Dinkes Nunukan, vaksinasi dosis pertama mencapai 48,36 persen dan dosis kedua 27,81 persen untuk seluruh Kabupaten Nunukan.
Data itu diambil dari setiap fasilitas kesehatan di Kabupaten Nunukan. Contoh, Puskemas Pembeliangan (Sebuku) dosis pertama 41,06 persen dan dosis kedua 22,95 persen.
Puskesmas Sanur (Tulin Onsoi) dosis pertama 39,43 persen dan dosis kedua  23,32 persen, Puskesmas Atap (Sembakung) dosis pertama 32,20 persen dan dosis kedua 23,14 persen, Puskesmas Tanjung Harapan (Sembakung Atulai) dosis pertama  47,36 persen dan dosis kedua  18,02 persen.
Kemudian Puskemas Mansalong (Lumbis) dosis pertama 26,02 persen dan dosis kedua 15,74 persen dan terakhir Puskesmas Binter (Lumbis Ogong) dosis pertama 13,42 persen dan dosis kedua 5,66 persen. (*)
Reporter: Asrin
Editor: Sobirin