Koran Kaltara, 11 Januari 2022
TARAKAN, Koran Kaltara – Berdasarkan hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Tarakan, angka kemiskinan mengalami kenaikan sejak tahun 2020. Padahal di tahun 2019 sempat terjadi penurunan.
Kondisi ini disebabkan beberapa faktor. Salah satunya pandemi Covid-19 yang mendongkrak inflasi namun tidak dibarengi dengan pendapatan yang meningkat.
“Angka kemiskinan berdasarkan hasil survei 2021, Tarakan naik menjadi 6,71 persen, yang jadi kemungkinan kalau dilihat dari indeks keparahan dan kedalaman kemiskinan. Ada penduduk miskin berada di garis kemiskinan,” ungkap Koordinator Fungsi Statistik Sosial BPS Tarakan, Kiki Darmayanti, Selasa (11/1/2022).
Lebih lanjut dikatakan, bahwa jika dilihat dari indeks keparahan dan kedalaman dari tahun 2020 ke 2021 juga meningkat. Dimana angka kedalaman kemiskinan di 2020 sebesar 0,77, sedangkan keparahan kemiskinan 0,15 persen. kemudian pada tahun 2021 angka kedalaman kemiskinan 1,01, serta angka keparahan kemiskinan 0,23.
“Kalau dilihat angka, sebenarnya di 2019 itu sudah turun di angka 6,00 persen, sedangkan di 2018 angka kemiskinan Tarakan 6,15 persen. Tetapi di 2020 naik menjadi 6,24 persen dan di 2021 naik lagi 6,71 persen. Kalau dilihat secara garis besarnya, karena pandemi Covid-19,” ungkapnya.
Covid-19 masuk ke Tarakan awal 2020. Sempat terjadi panic buying atau pembelian komoditas karena takut barang kebutuhan menjadi langka. Kondisi ini memicu harga-harga naik yang pada akhirnya memicu naiknya angka kemiskinan.
Menurut Kiki, berdasarkan garis kemiskinan, kejadian ini membuat orang-orang yang awalnya berada di dekat garis kemiskinan atau rentan miskin, akhirnya terjun di bawah garis kemiskinan.
“Tetapi bukan hanya itu saja, (penyebabnya) banyak faktor. Selain inflasi, juga karena pendapatan dan pengeluaran per kapita turun. Ada karyawan yang kena PHK (pemutusan hubungan kerja), dan lain sebagainya. Karena kemiskinan multi-variable,” ucapnya.
Berdasarkan konsep international, begitu angka kemiskinan naik: yang sebelumnya rentan akan menjadi miskin; yang sudah miskin akan semakin dalam kemiskinannya. Pada tahun 2019 angka kemiskinan turun, karena berbarengan dengan kenaikan kesejahteraan masyarakat.
“Kami juga ada data survei setiap bulan, dan kami cek harga di bulan Maret 2021, terjadi inflasi 0,89 persen dari Maret 2020 karena kita hitungnya year to year (yoy),” paparnya.
Sejak tahun 2021 BPS sudah melakukan penghitungan triwulan PDRB (produk domestik regional bruto). “Kita bandingkan 2021 terhadap 2020 terjadi kontraksi negatif 1,2 persen, kalau dilihat inflasi naik. Dilihat ekonomi yang kontraksi, juga menjadi faktor angka kemiskinan jadi naik,” jelas Kiki. (*)
Reporter: Sofyan Ali Mustafa
Editor: Nurul Lamunsari