Koran Kaltara, 26 Oktober 2021
TARAKAN, Koran Kaltara – Tarakan mulai memberlakukan pembelajaran tatap muka, mulai tingkat Paud hingga SMA/SMK Sederajat, Senin (25/10). Meskipun demikian, pengawasan dan pantauan dilakukan secara menyeluruh, termasuk kemunculan kasus.
- PTM Hari Pertama, Guru Kekurangan Waktu Mengajar
Jika ada kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di lingkungan sekolah, maka satuan pendidikan yang bersangkutan harus menghentikan proses pembelajaran. Jangka waktunya selama 5 hari, untuk kemudian ditindaklanjuti dengan tracing kasus.
“Kalau ada klaster sekolah PTM (pembelajaran tatap muka) muncul, maka sekolah yang bersangkutan yang kita off-kan. Tidak semua sekolah, tetapi satu saja, atau sekolah yang adanya kasus positif Covid-19 selama kurang lebih 5 hari. Karena menunggu pelaksanaan tracing,” terang Kepala Cabang Tarakan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kalimantan Utara, Ahmad Yani saat ditemui Koran Kaltara di SMA Negeri 1 Tarakan, Senin (25/10/2021).
Sedangkan siswa yang terkonfirmasi positif akan dilakukan tracing. Oleh karena itu kejujuran sangat dibutuhkan karena akan ada beberapa pertanyaan seperti dengan siapa dijemput, kontak dengan siapa saja, dan lain sebagainya.
Setelah dilakukan tracing, maka sekolah yang bersangkutan bisa melanjutkan PTM. Sedangkan siswa yang positif, melakukan perawatan atau isolasi mandiri sampai dinyatakan sembuh.
Meskipun PTM sudah dilakukan, namun tidak secara menyeluruh diikuti semua peserta didik. Hanya 50 persen dari jumlah siswa. Sehingga selain datang ke sekolah, sebagian siswa juga tetap belajar secara online.
“Tentu semua merujuk pada instruksi SKB (Surat Keputusan Bersama) 4 Menteri, termasuk persetujuan orangtua, yang sampai saat ini kecil banget yang tidak setuju. Paling hanya 1-2 orang di setiap sekolah. Itu pun karena mereka masih belum paham mengenai prosedur yang harus dilakukan selama PTM. Selebihnya setuju melakukan PTM,” ucapnya.
Sedangkan untuk SMK membutuhkan prosedur khusus saat pelaksanaan PTM karena peralatan yang digunakan harus disterilisasi usai praktik, dan akan digunakan lagi oleh siswa lainya. Terutama peralatan-peralatan yang digunakan secara bergantian.
“Sekolah kejuruan butuh praktik, sehingga tatap muka sangat dibutuhkan. Karena alatnya berada di sekolah seperti alat berat, mesin perkakas maupun komputer dengan spesifikasi tertentu, dan alat praktik lainnya,” jelasnya.
Meskipun pelaksanaan PTM dinilai memudahkan dalam pelaksanaan belajar mengajar, namun waktu yang terbatas masih menjadi kendala yang dirasakan oleh guru. Karena guru harus menjelaskan materi secara mendetail, namun waktu yang diberikan hanya 45 menit.
“PTM lebih mudah menjelaskan kepada siswa. Cuma ini kita dibagi 2 ‘jendela’ karena ada yang offline ada juga yang online dan hanya 45 menit di kelas. Waktunya sangat terbatas,” terang Melly Dian Astuti, S. Pd guru matematika SMA Negeri 1 Tarakan. (*)
Reporter: Sofyan Ali Mustafa
Editor: Nurul Lamunsari