Koran Kaltara,
Jum’at, 25 Februari 2022
TARAKAN, Koran Kaltara – Sejak meningkatnya kembali kasus Covid-19 di Tarakan, Rumah Sakit Umum Kota Tarakan (RSUKT) mulai menyiapkan sarana guna mengantisipasi lonjakan kasus Covid-19.
Sebelumnya, dalam pelayanan di RSUKT, sebagian masyarakat diimbau untuk melakukan isolasi mandiri di rumah, termasuk untuk melakukan rawat jalan.
Direktur RSUKT, Joko Haryanto mengatakan, pihaknya sudah dalam persiapan mengoptimalkan bangunan eks Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) yang berada tidak jauh dari RSUKT.
“Di bangunan tersebut sudah diatur untuk penanganan perawatan infeksius dan penanganan Covid-19,” ujarnya, Kamis (24/2/2022).
Rencananya pihaknya akan menambah sebanyak 20 tempat tidur pasien hanya untuk di lantai 1. Sementara di lantai 2 bisa menampung sebanyak 50 pasien. Ketersediaan tempat tidur juga masih dikoordinasi dengan Dinas Kesehatan Tarakan.
Menurutnya, gejala yang dirasakan pada pasien konfirmasi positif Covid-19 varian Omicron ini tidak seperti gejala Varian Delta.
Rata-rata pasien mengeluhkan batuk, pilek dan demam dengan gejala ringan hingga sedang. Namun, untuk tingkat kematian dari pasien Omicron ini juga lebih rendah dibandingkan varian Delta.
“Saat ini kami tidak perlu lagi mengirim sampel PCR karena sudah ada di RSUKT. Tapi, kalau untuk uji sampel silang Omicron, kami masih kirim ke Jakarta,” tegasnya.
Untuk uji silang Omicron dikirimkan langsung ke Kementerian Kesehatan dan melayani semua sampel di seluruh Indonesia. Sehingga hasil sampel tersebut membutuhkan waktu yang lama.
Saat ini, sudah ada 5 sampel yang dikirim dan hasilnya turun dengan positif Omicron. Namun, ia memastikan sudah menyiapkan ketersediaan oksigen.
“Terkait ketersediaan oksigen, kami masih menyediakan 46 tabung konsentrat,” pungkasnya.
Menurutnya, vaksin booster merupakan vaksin penguat dari vaksin sebelumnya. Usai divaksin booster ia menilai imunitas tubuh akan lebih tinggi.
Jika nantinya masyarakat masih terkonfirmasi positif Covid-19, maka akan tidak mendapat gejala penyakit yang berat.
“Kemungkinan ini juga karena angka vaksinasi tinggi. Hanya menunggu proses vaksinasi booster. Saya harap masyarakat menyambut booster dengan baik,” harapnya. (*)