Koran Kaltara, 27 Desember 2021
TANJUNG SELOR, Koran Kaltara – Pasar Induk Tanjung Selor, menjadi salah satu pusat perbelanjaan terbesar di Bulungan.
Meski demikian patut disayangkan, fasilitas pasar yang ada di ibukota Provinsi Kaltara ini terkesan tak tertata dan kumuh.
Bahkan, nampak sejumlah bangunan yang ada tampak terbengkalai. Sudah dibangun, tapi tidak difungsikan.
Pantauan di lapangan, bangunan yang tidak difungsikan itu terlihat tak terurus.
Termasuk bangunan pasar basah, yang dulunya ditempati pedagang ikan dan sayur, yang saat ini tak lagi digunakan.
Semenjak pedagang dipindahkan ke bangunan baru pada 2020 lalu, bangunan pasar basah menjadi kumuh dan terbengkalai.
Selain itu, juga ada bangunan yang diperuntukkan untuk pedagang kuliner, namun hingga saat ini tak kunjung digunakan.
Dalam inspeksi mendadak (sidak), Bupati Bulungan Syarwani, bersama Wakil Bupati Ingkong Ala, turut meninjau bangunan yang tak digunakan lagi itu.
Syarwani mengungkapkan, hal itu menjadi bahan bahasan untuk selanjutnya diharapkan ada langkah konkrit rencana renovasi bangunan tersebut.
“Ya mungkin itu langkah yang bisa kami ambil di tahun 2021. Kalaupun tidak sempurna karena menyangkut kemampuan kita juga. Memang yang paling mendasar bangunan itu adalah atap karena bocor,” ujarnya kepada Koran Kaltara.
Minimal, kata dia, bangunan itu bisa digunakan kembali, sehingga diharapkan beberapa pedagang kelontong yang ada di sekitar pasar bisa menggunakannya.
“Berapa biaya yang dibutuhkan, itu akan dihitung melalui Disperindagkop. Pelan-pelan kami lakukan penataan lagi,” kata bupati.
Wabup Bulungan, Ingkong Ala menambahkan, konstruksi bangunan yang akan direnovasi harus dipastikan desainnya, agar nantinya tidak ada lagi pedagang yang menambah fasilitas menjorok ke jalan.
“Pasti atapnya itu akan diganti semua karena sudah keropos. Itu memang bangunan dari awal, ya harus dibongkar,” jelas dia.
Menurutnya untuk pondasi masih relatif kuat dan masih bisa digunakan.
Kemudian ada atap tambahan yang dipasang pedagang, penghubung dua bangunan itu harus dibuka agar terang dan sirkulasi udara lebih nyaman.
“Kalau lagi mendung aman, tapi kalau cuaca panas, di dalam pasti kita kepanasan. Konsumen pasti tidak nyaman,” sebutnya.
Di tempat sama, Plt Kepala Disperindagkop Bulungan Asmuni mengatakan, melalui konsultasi pembiayaan sudah dihitung.
Jika bangunan direnovasi dan dibongkar setidaknya perlu biaya total Rp1,8 miliar. Tapi jika hanya untuk atap dan bawahnya itu, maka dimungkinkan pembiayaan bisa di bawah Rp1 miliar.
“Pasti lebih murah, karena yang mahal itu besi bajanya. Nah kalau hanya atap dan lantai ya pasti biayanya tak sampai Rp1 miliar,” ungkapnya.
Pembiayaan akan dialokasikan melalui APBD Bulungan, sebab untuk rehab tidak bisa melalui APBN. (*)