Koran Kaltara,
Kamis, 25 Agustus 2022
NUNUKAN, Koran Kaltara – Rendahnya curah hujan di Nunukan dalam beberapa pekan terakhir ini membuat air baku di embung mulai menurun.
Salah satunya di Embung Bolong Nunukan, yang sebelumnya berketinggian 7 meter, kini tinggal 5,62 meter dari permukaan air.
Hal ini diungkapkan oleh Kabag Teknik Perumda Air Minum Tirta Taka Nunukan, Sulianto kepada Koran Kaltara, pada Kamis (18/8/2022).
“Jadi, ada penyusutan kurang lebih 1,38 meter lah di Embung Bolong per hari ini (kemarin),” terangnya.
Namun begitu, dia menegaskan suplai air ke masyarakat dari embung yang ada di Persemaian itu tetap normal seperti hari biasanya.
“Kami mengambil debit atau produksi itu hampir rata-rata 100 liter per detik. Sampai hari ini masih normal 80 hingga 85 liter per detik,” ujarnya.
Sebenarnya, kata dia, kapasitas di Embung Bolong yang melayani 6 – 7 ribu pelanggan, belum diketahui secara pasti.
Sebab, setiap embung pasti akan terjadi pendangkalan karena penumpukan sedimen di bawah air.
“Kalau aslinya kan 7 meter itu, tapi kan sedimen di bawahnya tidak terbaca. Katakan lah, kalau satu meter sedimen berarti hanya 6 meter saja. Tapi, kita mengacu pada hitungan di permukaan,” tambahnya.
Terlepas dari itu, dia berharap prediksi dari BMKG Nunukan tidak meleset. Sebab, hujan diprediksi terjadi di atas tanggal 20-an ke atas.
“Namanya perkiraan ya bisa terjadi dan tidak terjadi. Kalau kekhawatiran kita tetap ada, karena air baku ini sumber utama kita,” bebernya.
Dia juga menegaskan, Perumda Air Minum juga telah menyiapkan beberapa langkah alternatif untuk penyuplai air bagi masyarakat jika air baku semakin turun.
“Tapi, insya Allah, pelayanan air suplai air kita tetap jalan. Jadi, masyarakat tak perlu khawatir. Karena sampai saat ini, kita masih normal pendistribusiannya,” ujarnya.
Kendala lain, kata dia, adalah penyebaran hujan yang terjadi di Nunukan tak merata. Sebab, terkadang hujan di pusat Nunukan namun di wilayah embung tak hujan dan debit air tidak bertambah.
“Tapi, terkadang juga tidak hujan, tapi debit air di embung meningkat, nah ini terjadi karena di hulu embung hujan deras,” ungkapnya.
Terlepas dari itu, embung lainnya seperti Embung Bilal sampai saat ini masih normal. Begitu juga Embung Setabu dengan dua jalur sungai.
“Kalau yang di Setabu saat ini produksi 5 liter per detik, nah kami mau lihat kalau dalam beberapa hari ke depan berkurang jadi 3 liter, makanya kita akan pindahkan ke sungai yang satunya,” kata Sulianto.
Jika melihat data dua tahun terakhir, dia mengaku bulan Agustus ini sering terjadi hujan. Hanya saja, tahun ini, ada 10 hari terakhir di bulan Agustus tidak terjadi hujan.
“Tapi, kita berdoa sama- sama lah agar diturunkan hujan, sehingga debit air di embung semakin bertambah,” tuturnya. (*)
Reporter: Asrin
Editor: Hariadi